Return to site

Yang Harus Diketahui Oleh Guru Tentang Digital Portofolio

· e-Learning Indonesia

Di masa yang terbatas seperti saat ini, pengajar mungkin mempertimbangkan cara baru dan inovatif untuk mendorong keterlibatan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa gaya mengajar dapat berdampak langsung pada keterlibatan siswa, yang pada akhirnya dapat mendorong keberhasilan masa depan dalam tujuan pembelajaran yang diterima oleh pelajar. Namun, membangun keterlibatan ini membutuhkan banyak upaya di kelas. Teknologi bukanlah solusi perbaikan cepat, tetapi merupakan solusi seperti digital portfolio dapat memungkinkan pengajar untuk menyederhanakan pendekatan mereka dalam mengajar. Termasuk pula upaya untuk memberikan kemudahan dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi siswa untuk mengikuti setiap materi. Digital portfolio, singkatnya, adalah alat yang terintegrasi yang digunakan oleh pengajar untuk kemudahan dalam memberikan materi kepada pelajar. Salah satu contoh sistem yang menjadi bagian dari digital portfolio adalah sistem manajemen pembelajaran (LMS). Sistem ini merupakan sistem yang membuka ruang belajar secara online yang aman bagi siswa, guru, dan orang tua serta untuk memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, dan mengikuti pembelajaran. Berikut adalah beberapa hal tentang digital portfolio yang mungkin berguna bagi guru dalam aktivitas kelas sehari-hari.

1. Digital portfolio memungkinkan Anda untuk berbagi dengan cepat kepada pelajar dan pengajar lainnya

Jika Anda memiliki aktivitas yang mengharuskan setiap siswa membuat model stik es krim di mejanya. Di kelas konvensional, ini mungkin merupakan representasi fisik (atau bahkan diagram tertulis) dari persamaan matematika. Seorang pengajar mungkin ingin berbagi pekerjaan siswa tertentu dengan seluruh kelas, tetapi tanpa teknologi, terpaksa membuat tugas siswa satu persatu karena pengajar mengalami kesulitan untuk membagikannya dengan cepat. Tetapi, dengan sistem LMS, siswa dapat dengan mudah melihatnya, mengaksesnya, membagikannya, dan banyak lagi. Selanjutnya, ketika seorang guru mengomentarinya, membagikan sumber daya lain, dan sebagainya, siswa juga dapat mengaksesnya dari perangkat elektronik mereka sendiri, baik di kelas maupun di rumah.

2. Penilaian dilakukan di tempat

Daripada harus menunggu sampai akhir kelas untuk memasukkan nilai, memberikan penilaian dan umpan balik pribadi tentang kegiatan di dalam kelas, pengajar dapat melakukan semua hal ini dalam waktu yang lebih cepat. Artinya, jika seorang siswa mengerjakan tugas di kelas yang diambil dalam digital portfolio, seorang guru dapat memberikan umpan balik melalui sistem tersebut. Bahkan untuk sekadar berkomentar "keja bagus", digital portfolio menangkap momen tepat untuk memberikan umpan balik ini kepada pelajar. Daripada harus menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan nilai atau memberikan penilaian pada suatu tugas, siswa dapat langsung merasakan adanya apresiasi dari pengajar atas upaya mereka, yang dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat.

3. Keterlibatan siswa dengan rasio satu banding satu

Sebagai pengajar, Anda memahami pentingnya hubungan face-to-face di kelas. Tetapi hal ini juga dapat menyita waktu untuk berbicara secara pribadi dengan setiap siswa. Komunikasi elektronik memungkinkan pengajar, siswa (dan bahkan orang tua), untuk berkolaborasi dengan lebih efisien. Tetapi komunikasi ini akan lebih berdampak ketika dapat dilakukan pada tugas tertentu yang dilakukan di kelas. Di rumah, siswa dan orang tua dapat mengingat kembali mengenai umpan balik yang diterima, nilai, atau kemunduran/kemajuan pelajar untuk meninjau kembali detail dan petunjuk tugas yang harus dikerjakan. Hal ini memungkinkan guru untuk mengkomunikasikan refleksi, umpan balik, dan bekerja lebih dekat dengan siswa dengan lebih baik untuk menjaga mereka tetap pada jalur menuju kesuksesan.

Ilustrasi (c) Unsplash.com